Letda Marinir Moh. Ikbal Prajurit TNI Asal Sultra Gugur Akibat Serangan KKB di Papua

Foto: Letnan Dua (Letda) Marinir Moh. Ikbal, prajurit TNI Angkatan Laut (AL).

SultraLight.Net – Letnan Dua (Letda) Marinir Moh. Ikbal, prajurit TNI Angkatan Laut (AL) asal  Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) gugur dalam insiden penyerangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di pos militer Satgas Mupe Yonif Marinir-3 di Kabupaten Nduga, Papua pada Sabtu, 26 Maret 2022.

Moh. Ikbal tercatat sebagai Komandan Pleton (Danton) yang tewas saat serangan KKB, Ikbal meninggal dunia usai sempat mendapat penanganan medis dari tim dokter Satgas selama beberapa waktu.

Namun upaya tersebut tak berhasil hingga akhirnya prajurit TNI AL itu meninggal dunia. Letda Marinir Moh. Iqbal sendiri lahir di Anggotoa, 26 November 1994. Terakhir almarhum menjabat Danton Ban Kipan A.

BACA JUGA :  Perdana Laksanakan Safari Ramadhan, Ketua DPRD Konut Bersama Wabup Bagikan Bantuan Sembako di Kecamatan Langgikima

Selain Letda Marinir Moh. Ikbal, satu orang prajurit TNI Pratu Mar Wilson Anderson juga meninggal dunia.

Wakapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan kepada wartawan mengatakan, bahwa, korban meninggal pada Minggu (27/3) dini hari.

“Dua orang meninggal dunia. Alm Pratu Mar Wilson Anderson pada hari Minggu dini hari (27/3). Korban lain yang meninggal dunia sehari sebelumnya Alm Letda Mar Moh. Iqbal,” kata Candra kepada wartawan, Minggu (27/3) sebagaimana dilansir CNN Indonesia.

Jenazah Alm. Letda Marinir Moh.Iqbal direncanakan pada hari Senin (28/3) akan dilaksanakan upacara pelepasan jenazah dan diberangkatkan ke rumah duka menggunakan pesawat udara transit di Makassar-Surabaya, kemudian menuju di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

BACA JUGA :  Kadin Sultra dan Dikbud Kolaborasi Kembangkan Hasil Karya Sekolah Kejuruan

Sebelumnya, Kapolres Nduga Kompol Komang Budhiarta mengatakan bahwa penyerangan diduga dilakukan oleh kelompok Egianus Kogoya.

Mereka disebut mengeluarkan pelontar granat jenis GLM hingga terdengar ke Polres Nduga yang berjarak sekitar 1,2 KM dari pos militer tersebut.

Menurutnya, senjata itu adalah hasil rampasan kelompok separatis yang telah dicap oleh pemerintah sebagai teroris tersebut.